Sabtu, 09 Juni 2012

Cut Nyak Dien

Perjuangan Cut Nyak Dien melawan Belanda dan mengusir pemerintah kolonial Belanda dari Tanah Rencong begitu gigih dan tak kenal menyerah. Perjuangan Cut Nyak Dien semakin membuat pemerintah kolonial Belanda kewalahan menghadapinya. Taktik berperangnya memang begitu cerdik. Seorang perempuan yang begitu cerdas, berani, dan penuh kecintaan terhadap Bumi Pertiwi.

Cut Nyak Dien tidak menerima penghinaan yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda yang pada awalnya menyerang Aceh dan membinasakan tempat ibadah. Kemarahannya terhadap Belanda semakin menjadi saat suami pertamanya, Teuku Cek Ibrahim Lamnga, gugur dalam perang.

Berjuang Bersama Teuku Umar

Beberapa waktu kemudian, Cut Nyak Dien dilamar pejuang Aceh bernama Teuku Umar. Bersama suami keduanya ini, Cut Nyak Dien semakin bersemangat untuk mengusir penjajah Belanda. Guna mempertahankan wilayah dan kemerdekaan, Cut Nyak Dien tak gentar maju berperang melawan Belanda yang memiliki persenjataan canggih.

Berjuang Sendiri

Setelah suaminya Teuku Umar meninggal pada tanggal 11 Februari 1899 saat menyerang Meulaboh, Cut Nyak Dien meneruskan perjuangannya sendirian. Namun, ia tak gusar. Tak kalah mental meski ditinggal suami tercinta yang gugur di medan perang. Cut Nyak Dien terus melakukan gempuran terhadap markas-markas Belanda bersama para pengikutnya.

Cut Nyak Dien menjadi orang yang paling dicari oleh Belanda untuk dibunuh karena perjuangannya mengancam keberadaan dan kelangsungan pemerintah kolonial Belanda di bumi Serambi Mekkah. Namun, perjuangan Cut Nyak Dien dikhianati oleh anak buahnya, Pang Lot, yangmemberi tahu Belanda tempat persembunyian Cut Nyak Dien.

Ditangkap Belanda

Cut Nyak Dien yang ketika itu telah tua dan buta karena matanya mengalami kerabunan akut, tidak bisa menghindar lebih jauh dari serangan Belanda yang tiba-tiba. Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Kemudian, diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat.
Perjuangan Cut Nyak Dien mesti terhenti karena ia ditahan di Sumedang.

Di dalam tahanan, ia dijuluki sebagai Ibu Perbu sebab Cut Nyak Dien begitu paham dengan ajaran agama. Seorang ulama bernama Ilyas yang juga ditahan memberinya julukan tersebut.

Perjuangan Berakhir

Pada 6 November 1906, perjuangan Cut Nyak Dien benar-benar berakhir dengan kepulangannya kepada Sang Pencipta. Ia dimakamkan di Sumedang dan makamnya baru ditemukan pada 1959 atas perintah gubernur Aceh bernama Ali Hasan. Pencarian makan Cut Nyak Dien berdasarkan atas data yang ditemukan di Belanda. Cut Nyak Dien pun ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 2 Mei 1964.

Perjuangan Cut Nyak Dien dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia, menginspirasi sutradara Eros Djarot untuk mengabadikannya dalam sebuah film pada 1988. Christine Hakim didaulat menjadi aktor yang memerankan Cut Nyak Dien. Film Tjoet Nja' Dhien mendapat penghargaan Piala Citra sebagai kategori film terbaik dan film ini menjadi film pertama produksi Indonesia yang diputar di Festival Film Cannes.

Perjuangan Cut Nyak Dien tak berhenti dengan kematiannya. Perjuangan pahlawan bangsa ini akan terus tumbuh, hidup, dan abadi, dalam jiwa bangsa Indonesia, khususnya rakyat Aceh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar